Laman

Minggu, 20 November 2011

III. PERAWAI DAN TUNA LONGLINE


3.1.      Pengertian Umum dan Klasifikasi Perawai dan Tuna Longline
Perawai dan tuna longline adalah suatu jenis pancing. Pancing merupakan salah satu jenis alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat, terlebih dikalangan nelayan. Pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu “tali” (line) dan “mata pancing” (hook). Tali pancing biasa dibuat dari bahan benang katun, nilon, polyethilin, plastik (senar), dan lain-lain. Mata pancingnya dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karat. Mata pancing tersebut umumnya ujungnya berkait balik, namun ada juga yang tanpa kait balik. Jumlah mata pancing yang terdapat pada tiap perangkat (satuan) pancing itu bisa tunggal maupun ganda (dua-tiga buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya. Ukuran mata pancing bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap (Subani, 1989).
3.1.1.     Pengertian umum dan klasifikasi perawai
3.1.1.1.  pengertian umum perawai
Menurut  Sadhori (1985), perawai merupakan salah satu alat penangkap ikan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya dikaitkan sebuah pancing. Secara teknis operasional rawai termasuk dalam jenis perangkap, karena dalam operasionalnya tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuanya untuk menarik ikan sehingga ikan memakan umpan tersebut dan terkait oleh pancing. Secara material ada yang mengklasifikasikan rawai termasuk dalam golongan penangkapan ikan dengan tali line fishing karena bahan utama untuk rawai ini terdiri dari tali-temali.
Alat penangkapan ikan ini disebut rawai karena bentuk alat sewaktu dioperasikan adalah rawe-rawe (rawe = bahasa Jawa) yang berarti sesuatu yang ujungnya bergerak bebas. Rawai disebut juga dengan longline yang secara harfiah dapat diartikan dengan tali panjang. Alat ini konstruksinya berbentuk rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang dengan beratus-ratus tali cabang (Sadhori, 1985).
Menurut Mulyono (1986), Perawai terdiri dari sejumlah mata kail yang di pasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali pokok atau utama (main line) dari suatu rangkaian pancing-pancing perawai. Pada tali utama terdapat tali-tali pendek yang disebut tali cabang (branch line). Menurut bentuk, sasaran dan cara penangkapannya perawai termasuk dalam  jenis “Bottom Set Longline“. Cara penangkapannya pancing ini dilepas atau dilabuhkan sampai posisinya dapat mendasar.
3.1.1.2.  klasifikasi perawai
Menurut Sadhori (1985), ada berbagai macam bentuk rawai yang  secara keseluruhan dapat dikelompokkan dalam berbagai kelompok antara lain :
1.      Berdasarkan letak pemasangannya di perairan rawai dapat dibagi menjadi :
a.       Rawai permukaan (Surface longline);
b.      Rawai pertengahan (Midwater longline);
c.       Rawai dasar (Bottom longline).
2.      Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama :
a.       Rawai tegak (Vertikal longline);
b.      Pancing ladung;
c.       Rawai mendatar (Horizontal longline).
3.      Berdasarkan jenis-jenis ikan yang banyak tertangkap :
a.       Rawai Tuna (Tuna longline);
b.      Rawai Albacore (Albacore longline);
c.       Rawai Cucut (Shark longline), dan sebagainya.
Perawai terdiri dari sejumlah mata kail yang di pasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan tali pokok atau utama (main line) dari suatu rangkaian pancing-pancing perawai. Tali utama terdapat tali-tali pendek yang disebut tali cabang (branch line). Menurut bentuk, sasaran dan cara penangkapannya perawai termasuk dalam  jenis “Bottom Set Longline“. Cara penangkapannya pancing ini dilepas atau dilabuhkan sampai posisinya dapat mendasar (Mulyono, 1986).
Menurut Sadhori (1985), persyaratan daerah operasi perawai yaitu :
1.      Pantai yang keadaannya landai; 
2.      Kedalamanya merata;
3.      Bersih dari tonggak atau kerangka kapal yang rusak;
4.      Terhindar dari kesibukan lalu-lintas.
3.1.2.     Pengertian umum dan klasifikasi tuna longline
3.1.2.1.  pengertian umum tuna longline
Ada beberapa jenis alat tangkap longline. Ada yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu dikenal dengan nama rawai tetap atau bottom longline. atau set longline yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal. Ada juga rawai yang hanyut yang biasa disebut dengan drift longline, biasanya untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Paling terkenal adalah tuna longline atau disebut dengan rawai tuna (Ayodhyoa,1975).
Tuna longline merupakan bagian dari rawai yang didasarkan atas jenis ikan yang ditangkap, yaitu ikan tuna. Tuna longline atau yang disebut dengan rawai tuna merupakan jenis rawai yang paling terkenal. Kenyataanya bahwa hasil tangkapannya bukan hanya ikan Tuna, tetapi juga berbagai jenis ikan lain seperti ikan Layaran, ikan Hiu dan lain-lain (Sudirman, 2004).
Pada prinsipnya ”rawai tuna” terdiri dari komponen-komponen utama yang biasanya terdiri dari : tali utama (main line), tali cabang (tali pancing, branch line) berikut bagian-bagiannya, yaitu : tali pelampung (float line) berikut pelampungnya, batu pemberat dan tali penyambungnya (Subani, 1989).
3.1.2.2.  klasifikasi tuna longline
Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) tuna longline dibagi dua yaitu :
1.         Tuna longline pada perairan yang bersifat dangkal (subsurface). Pada tuna longline jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing;
2.         Tuna longline pada perairan yang bersifat dalam (Deep). Pada tuna longline jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 11 - 13 pancing sehingga lengkungan tali utama menjadi lebih dalam.
Menurut Mulyono (1986), jenis ikan yang menjadi sasaran/tujuan penangkapan adalah untuk penangkapan ikan tuna. Ikan tuna termasuk ikan pelagis-oceanis, artinya ikan pelagis lepas pantai yang bila sudah mendekati mencapai kedewasaannya menurut hasil-hasil penelitian tempat kehidupannya dari dekat permukaan berpindah ke lapisan yang lebih dalam, sehingga alat-alat penangkapan yang dioperasikan di dekat permukaan tidak akan pernah memperoleh ikan tersebut.
3.2.     Teknik Pengoperasian Perawai dan Tuna Longline
3.2.1.  Teknik pengoperasian perawai
Penangkapan dengan mengopersikan perawai dapat dilaksanakan pada waktu siang atau malam hari. Teknik pengoperasian perawai adalah sebagai berikut :
1.            Perahu tiba pada lokasi fishing ground;
2.            Mula-mula pengapung pertama diikat dengan talinya begitu pula batu   pemberatnya;
3.            Perahu dijalankan secara perlahan, sementara pancing demi pancing dilemparkan kedalam air setelah terlebih dahulu pada masing-masing mata pancing di beri umpan berupa ikan segar yang dipotong-potong;
4.            Tali cabang diikatkan pada tali utama;
5.            Sementara perahu masih tetap berjalan, tali cabang di ulur sampai panjang yang dibutuhkan, setelah itu kapal atau perahu dapat dihentikan;
6.            Rangkaian pancing oleh nelayan dibiarkan hanyut oleh arus dan angin, lamanya tidak ditentukan oleh waktu dan hauling (Penarikan);
7.            Hauling dilakukan dengan cara :
a.          Tali cabang perlahan-lahan di tarik kedalam perahu, setelah penarikannya sampai pada pelampung, untuk penarikan selanjutnya dilakukan dengan cara menarik tali utama;
b.         Ikan-ikan yang tertangkap dilepaskan dari kaitnya, mata-mata pancing yang umpannya telah tanggal, segera di gantikan yang baru.
8.            Begitulah seterusnya hingga penarikan alat selesai.

3.2.2.  Teknik pengoperasian tuna longline
Teknik pengoperasian tuna longline tidak jauh beda dengan perawai adalah sebagai berikut :
1.            Mula-mula kita siapkan semua peralatan yang telah disiapkan dan tiba pada suatu fishing ground yang telah ditentukan;
2.            Setting diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama, selanjutnya dengan penebaran pancing yang telah dipasang umpan. Rata-rata waktu yang dipergunakan untuk melepas pancing 0,6 menit per pancing. Pelepasan dilakukan menurut garis yang menyerong atau tegak lurus. Waktu melepas pancing biasanya waktu tengah malam, sehingga pancing telah terpasang waktu pagi saat ikan sedang giat mencari mangsa;
3.            Penarikan alat tangkap dilakukan jika telah berada dalam air selama 3 - 6 jam. Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang diatur kecepatannya. Lama penarikan alat tangkap sangat ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan dan cuaca. Penarikan biasanya memakan waktu 3 menit per pancing. 

1 komentar: